Cherie, aku mempertanyakan tahun baru: untuk apa dirayakan? Semua orang merayakan tahun baru semalam, kecuali aku, dan mungkin ada orang lain di luar diri aku yang mengalami hal sama denganku, lalu bertanya: "untuk apa tahun baru dirayakan?" kepada kekasihnya. Tahun baru semalam adalah momen pergantian dari tahun 2014 ke tahun 2015. Sebagai momen, kamu pasti tahu ia adalah waktu yang pendek, yang sesaat, dan kebanyakan, kita harus akui yang ini, semua orang suka melakukan hal-hal yang bersifat sementara--sesaat itu. Aku tidak mau berbohong. Aku pun begitu, untuk hal-hal tertentu yang sifatnya memang butuh dianggap sebagai sebuah kesenangan--yang sementara. Tahun baru semalam adalah tahun baru yang dirayakan oleh orang ketika mereka dengan semangat mempersembahkan diri sepenuhnya untuk menikmati momen lepas tahun dari 2014 ke 2015. Momen itu dimeriahkan dengan cara masing-masing. Masing-masing mereka punya tujuan berbeda-beda. Sangat menyenangkan, pikirku. Melihat kembang api meledak di atas langit malam. Mendengar teriakan orang gembira. Saat itu, semua orang pasti berharap ada keajaiban di malam itu, di malam pergantian tahun. Tahun baru semalam kulalui sama dengan tahun baru tahun lalu. Dari 2013-2014. Pukul sebelas malam aku belum tidur. Mendekati jam dua belas aku memilih tidur. Kudengar dari kamar kosku lantai dua, ledakan kembang api menggema di langit, begitu sempurna. Lama-lama, karena aku belum juga tak kunjung tidur, kudengar suara-suara itu makin dekat. Malam itu aku akhirnya nekad untuk tidur, dan bangun di tahun yang berbeda yakni 2014, hari Rabu tepatnya. Semalam aku melakukan perubahan. Kalau setahun yang lalu aku nekad untuk tidur, semalam aku nekad untuk tidak tidur. Aku mendengar ledakan kembang api yang sama persis ledakan kembang api tahun lalu. Aku mendengar gema teriakan yang sama persis gema teriakan setahun yang lalu. Aku menjadi paham sekarang: mengapa orang-orang mesti merayakan tahun baru? Mungkin salah satunya, mungkin begini alasannya: mereka hanya ingin mengingatkan kepada siapapun bahwa mereka telah melewati 365 hari. Karena di momen itu semua orang serentak merayakan, kesepakatan itu bertemu dan seperti bahasa, sifatnya semena-mena, yang penting sepakat. Andai saja, dan ini harapanku. Pada suatu waktu, suatu tahun kelak, di suatu tempat, semua orang lupa bahwa malam itu adalah pergantian tahun, seperti halnya ketika lupa bahwa tiba-tiba hari Kamis, lusa Sabtu, besoknya Ahad. Atau seperti ketika kita lupa pada waktu: tiba-tiba jam 8 (telat kuliah jam pertama bagi yang kuliah jam 7), tiba-tiba sore hari bagi yang suka tertidur di siang hari. Andai saja, dan ini harapanku. Pada suatu waktu, suatu tahun kelak, di suatu tempat, semua orang merayakan waktu baru, hari baru, cuaca baru, musim baru--agar tidak melulu bahwa yang paling meriah dan istimewa adalah tahun baru--yang mainstream.