SEMESTINYA ini laporan yang empat kalinya setelah di Gendhong, G’bol, kemudian di Blandongan. Beranggotakan enam orang, satu pendamping. Ia kakak kelas di jurusan kami. Sebenarnya, forum itu, yang sekarang dinamai Lingkaran Pohon Kersen, tidak menutup diri bagi teman-teman yang ingin gabung. Hanya saja, forum itu terbentuk atas kepentingan akademik, yaitu Peksimida.

Laporan pertemuan malam ini koreksi cerpen, puisi, dan naskah lakon. Saya tidak tahu banyak mengenai apa yang dibincangkan Mas Hasta kepada Rozi Kembara dan Armada tentang puisi-puisinya. Saya juga tidak tahu, perihal apa sebenarnya yang diobrolkan Mas Hasta kepada Arif dan Wisda. Meskipun kami satu meja dua kursi, tak banyak yang kutahu jika percakapan itu bukan untukku. Artinya, saya tidak banyak tahu. Bukan tidak mau tahu.

Perihal cerpen saya yang kelar setengah fisik, membuat mentor saya tidak banyak berkomentar. Saya dan Iwong diberi tugas menulis cerpen dengan ruang lingkup tema Cinta Tanah Air. Saya menulis dua keluarga berbeda suku yang salah satunya tidak mau keturunannya menjalin hubungan. Itu ide dasar. Yang terlintas perihal cinta tanah air, bagi saya mempertahankan apa yang saya punya. Tetapi, tidak sesempit itu Mas Hasta menanggapi. Hidup damai di lingkungan yang kita cintai, termasuk dalam kategori itu. Tapi bagaimana caranya mengolah semua itu jadi cerita yang menarik, alur yang menarik dan terutama ending. Begitu Mas Hasta berujar, kira-kira demikian.

Ini dalam rangka mengikuti lomba menulis sastra Peksimida. Lomba menulis pada tanggal 11 Juni mendatang. Kami tidak mempersiapkan naskah sebelumnya, sebab itulah kami sering kumpul, upaya saling memberi, mengisi, mengasah, apa yang akan ditulis ketika menulis naskah secara spontan. Lomba ini bertema dan ditentukan di tempat.

Akan banyak kekonyolan memang jika melihat kualitas yang dihasilkan. Untuk ukuran mahasiswa, menulis cerpen apalagi, sekali duduk sah-sah saja dan tidak setiap kali menulis akan selesai sekali duduk, atau dalam rentang waktu 5-8 jam. Mungkin, ini satu-satunya cara mengasah kemampuan berpikir, kemampuan menguji kekuatan sebagai salah satu uji coba bahwa masih ada orang menulis dengan target waktu yang ditentukan, tema yang ditentukan, dan di ruang yang ditentukan. Jangan bayangkan, kami akan disediakan kamar di sebuah hotel yang mewah. Paling tidak kopi atau rokok jika memang dibolehkan. [5/6/2014]