(catatan: muhammad farid anshori di kedai yang sama)

Sudah beberapa jam aku duduk dan merasa pegal di punggungku. Beberapa batang rokok juga telah kuisap. Dan dari tempat dudukku pula aku bisa memandang seluruh pengunjung kedai kopi ini. Seperti seorang teman berbaju kuning, mirip SpongeBob—tokoh kartun di tivi-ia yang sedari tadi bisa dibilang menemaniku di kedai ini. Entah apa yang ia pikirkan, tetapi ia sedang menulis beberapa catatan. Mungkin ia sedang menulis catatan tentang seorang wanita yang tengah duduk di samping kanannya. Dengan kerudung merah jambu, menghadap laptop merah jambu pula. Mungkin juga temanku ini sedang mengaitkan antara kerudung dan laptopnya yang berwarna merah jambu dengan kebudayaan Indonesia. Siapa tahu. Kulempar pandanganku ke arah kiri, seorang wanita dengan rambut pendek, dan dua orang laki-laki yang duduk du sebelahnya pula. Tetapi aku tak terlalu tertarik dengan perbincangan mereka.

Beberapa detik setelah kulirikkan mataku ke sebelah kiri, datang seorang lelaki, yang lumayan tinggi jika dibanding dengan badanku. Ia membawa baki, dan di atasnya bertengger tiga buah gelas ukuran sedang, yang berisi air jeruk. Apa yang ia pikirkan? Mungkin ia sedikit ragu dalam langkah pertama. Karena lupa siapa yang memesan air jeruk. Karena air jeruk  berwarna kuning, maka ia pun ingat bahwa yang memesan air jeruk adalah seseorang di sampingku yang berkaos kuning. Ia mulai melangkah mantap menuju ke arah kami, sambil membusungkan dada dan senyuman sedikit tersungging.

“Yang kosong boleh diambil mas?” katanya.

“Boleh mas,” seorang di sampingku menimpalinya.

Aku menebarkan pandangan lagi ke arah depan, terlihat seorang wanita dengan kerudung merah dan baju berwarna merah. Ia sedang bersandar lemas d kursinya. Mungkin ia sedang mengantuk. Di sampingnya duduk seorang pria berambut cepak.

“Apa yang sedang kamu kerjakan, Asthi?” wanita di sebelah kiriku mencoba bertanya. Terlihat matanya sedang ia lirikkan ke arah wanita berkerudung merah jambu di sebelah kananku.

Tak ada jawaban dari wanita itu. Orang berbaju kuning di sebelah kananku tertawa, begitu juga dengan wanita yang duduk d sebelah kiriku yang tadi mencoba bertanya.

“Ia memakai headset” kata lelaki berbaju kuning di sebelahku. Aku ikut tertawa.

Ah, dasar dunia. Ia mencoba menutupi diri mereka dengan hal-hal yang mereka punya. Bahkan hanya dengan sepasang headset yang mereka pasang di telinga mereka.

“Tugasmu sampai mana?” kata wanita berkerudung merah jambu di kananku kepada seorang lelaki di seberang kirinya.

“Sampai kajian teori,” jawabnya.

Aku termenung kembali. Mencoba bertanya tentang tujuanku datang ke kedai ini.

“Bagaimana dengan tugasku sendiri?” gumamku.
  
Semua berjalan kembali seperti adanya. Aku berhenti mengomentari orang-orang yang ada di sekitarku. Mencoba hanyut dalam keadaan, dengan menutup diri, bahkan dengan tugas mata kuliahku sendiri.